Sabtu, 07 Mei 2011
DI PAGI buta itu, Ustadz Sholeh, demikianlah laki-laki itu biasa dipanggil, tengah asyik membersihkan sepedah motornya. Maklum, hari itu dia memiliki jadwal mengisi pengajian di luar kota. Karenanya, agar perjalanan lancar, dia kudu membersihkan, serta mengecek ’kesehatan’ kendaraan roda duanya, agar di pertengahan jalan tidak menjadi momok.
Dengan menggunakan kain seadanya, dia mengelap sedikit demi sedikit sepedahnya tersebut. Mulai dari sepion, hingga jeruji-jeruji ban, semuanya dibersihkan.
Setelah sesi pembersihan selesai, dia mengecek bensinnya. Diperediksi kurang, Sholeh pun langsung bergegas mengambil gerigen kecil berisi bensin, di dalam rumah. Tak dinyana, ternyata gerigen tersebut menjadi penyebab seluruh keluarganya –kedua anaknya, istri dan cabang bayi yang sedang dikandung- mati terbakar oleh api secara bersamaan.
Amukan Si-Jago Merah
Menurut keterangan Hasan, salah satu sahabat karibnya, peristiwa nahas tersebut bermuara dari keteledoran Sholeh yang meletakkan gerigen bekas bensin tersebut di samping kompor. Nah, selepas keberangkatannya menuju tempat pengajian, si-istri meminta kedua anaknya untuk menyalakan kompor, karena dia ingin memasak.
Ketika si-buah hati menyalakan kompor itu lah, api langsung menyambar gerigen, dan langsung menimbulkan ledakkan. Karena jarak mereka terlalu dekat dari sumber api, mereka akhirnya tidak bisa mengelak, dan langsung menjadi objek amukan api.
Di lain pihak, ketika mendengar suara ledakkan itu, Diana, nama si-ibu tersebut langsung berlari ke arah dapur, untuk mengetahui apa yang tengah terjadi.
Menyaksikan kedua anaknya tengah merenggut nyawa karena terbakar api, Diana bak tersambar halilintar di siang bolong. Karenanya perempuan yang biasa berjilbab besar itu, langsung mengambil langkah seribu, guna menyelamatkan buah hatinya.
Sayangnya, perempuan yang juga tengah hamil tua tersebut bukan saja gagal menyelamatkan kedua anaknya, tapi dia juga tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari bara api. Akhirnya, mereka semua menjemput ajal mereka masing-masing, meninggalkan Sholeh yang tengah menuju tempat pengajian.
Ikhlas dan Ridho
Dikalangan masyarakat sekitar rumah dan kerabat-kerabatnya, Sholeh dikenal sebagai sosok yang ’alim. Dia mahir dalam bidang ilmu Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Tafsir. Tidak hanya itu saja, dia juga seorang khuffadz (sebutan bagi para penghafal Al-Quran).
Pemahamannya yang tinggi akan ilmu agama itu pula, yang menjadikannya tetap teguh, sabar, menerima cobaan yang luar biasa berat itu.
Hal itu bisa dibuktikan dengan cara Sholeh menyikapi musibah tersebut. Menurut pengakuan Hasan, Sholeh sama sekali tidak menunjukkan mimik atau tingkah laku yang berlebihan. Lebih-lebih gelagat orang frustrasi. Tidak sama sekali. Dia tetap tenang. “Mungkin itu karena kefakihannya dalam memandang suatu musibah. Bahwa semuanya bersumber dari Allah, dan semua akan kembali kepada-Nya”, papar ayah dua anak ini.
Apa lagi, lanjut Hasan, ketika para sahabatnya menghiburnya dengan membacakan janji-janji Allah yang termaktub dalam Al-Quran atau Al-Hadits, tentang kebaikkan yang akan diterima seorang hamba yang ditimpa musibah.
”Beliau itu kan ahli agama. Jadi, ketika kita hibur dia dengan ayat-ayat/hadits-hadits tersebut, beliau tersenyum, dan mengucapkan terima kasih telah menguatkannya” terang laki-laki berjenggot tebal itu.
Dan masih menurut pengakuan Hasan, salah satu ayat yang menjadi penghibur lara tersebut adalah, bahwa Allah akan mengganti apa saja yang hilang dari setiap hambanya, dengan sesuatu yang lebih baik. ”Jadi, kami katakan kepada beliau. Insya Allah ke depan akan mendapat istri dan anak yang lebih baik, lebih sholeh dan sholehah, lebih taat kepada Allah dan Rosul-Nya”, jelasnya.
Benar saja, tidak lama setelah sepeninggal istri dan anak-anaknya, Sholeh menemukan jodohnya kembali dengan seorang muslimah, yang ternyata dia juga seorang khafidzah. Tidak hanya itu, dia juga mendapat kesempatan untuk melanjutkan studinya dibidang Tafsir, di salah satu perguruan tinggi ternama di Jakarta. Maha suci Allah yang telah menunjukkan kebenaran akan janji-janji-Nya.
Aroma Wewangian
Ketika para pen-takziah, berkeruman mendatangi rumah duka, menurut Hasan, ada sesuatu yang ’janggal’ yang dirasakan para pen-takziyah. Mereka mencium aroma kebakaran. Sepertinya, di tempat itu tengah terjadi kebakaran yang sangat dahsyat. Pada hal tidak sama sekali, karena jenazah tersebut telah dievakuasi di kediaman kerabat Sholeh, yang letaknya berjauhan dengan lokasi kebakaran.
Namun tidak lama berselang, para pelayat, merasakan aroma wewangian, yang memenuhi setiap sisi ruangan tersebut. Terang saja, menyaksikan keanehan ini, tidak sedikit para jamaah yang keheran-heranan.
”Mungkin itu satu tanda kalau mereka termasuk orang-orang yang mati syahid. Dan mudah-mudahan gelar tersebut benar-benar mereka dapatkan”, do’a Hasan untuk sahabatnya tersebut.*/kisah ini disampaikan Hasan, sahabat korban
Rep: Robinsah
Red: Cholis Akbar from Hidayatullah.com