Cari Info Di Sini Sobat

Senin, 21 Maret 2011

Silaturahim Polri TNI dan Masyarakat

Silaturahim Polri TNI dan Masyarakat (Part 1)

REP | 21 February 2011 | 22:49 101 23 1 dari 3 Kompasianer menilai inspiratif


12983033251239178985
Jamaah Tablih dan mantan Wapres Jusuf Kalla
Minggu, 20 Januari 2011, sebuah acara yang jarang terjadi, yaitu Silarurahim antara Polri TNI dan masyarakat, khususnya Jamaah Tabligh di Mesjdid Agung Brimob, Kelapa Dua Depok. Sekitar dua ribu jamaah hadir dalam acara yang dihadiri oleh Anton Bahrul Alam dan beberapa perwira Polri, dan beberapa perwira tinggi dari Ketiga Angakatan, Darat, Laut dan Udara Tentara Nasioanl Indonesia beserta para jamaah tabligh.
Tujuan pertemuan atau silaturahim adalah untuk merekatkan kembali hubungan anatara Polri dengan TNI yang dulu tergabung dalam Depertemen Pertahanan dan Kemanan, yang kemudian terpisah sejak Masa Reformasi.
Bentuk silaturahim ini jangan dibayangkan sebagai hanya “bersalaman” lalu makan bersama. Tidak. Tapi diisi dengan pengajian atau ceramah Agama Islam, yang disampaikan secara bergiliran baik oleh Bahrul Alam sendiri, waklil-wakil dari Perwira TNI dan oleh Bapak Cecep, Dewan Suroh dari Jamaah Tabligh. Tampak hadir juga KH Muchlisin, yang juga seorang mubaligh besar Jamaah Tabligh.
Jamaah Tabligh
Sebelum laporan ini saya lanjutkan, akan saya jelaskan sedikit tentang Jamaah Tabligh. Sebenarnya kami sendiri tidak pernah menamakan diri sebagai “Jamaah Tabligh”. Tapi nama tersebut diberikan oleh masayarakat, karena memang kegiatan sehari-harinya adalah melakukan tabligh atau menyampaikan.
Kegiatan Jamaah Tabligh adalah mengajak manusia, khusnya umat Islam uantuk menjalankan agamanya secara kaffah, secara keseluruhan, sesuai Perintah Allah, yang dicontohkan oleh Nabi Muhmmad, Rasululuuh salallahu ‘alaihi wasaalam (SAW). Jamaah Tabligh selalau mengajak kepada kebaikan (amal makruf) dan mencegah yang mungkar. Namun dalam pelaksanaannya dilakukan dengan baik, dengan cara mengajak, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, tanpa kekerasan sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa Ormas Islam.
Dalam melakukan dakwah (mengajak) dan tabligh (menyampaikan), Jamaah Tabligh mendatangi umat sampai ke kampung-kampung dan desa-desa terpencil, dari rumah ke rumah dan dari orang per orang. Bukan dengan mengumpulkan jamaah di stadion atau mesjid lalu diadakan cermah agama sebgaimana yang banyak dikenal masyarakat. Dilakukan secara tatap muka, bukan melalau TV atau radio atau tulisan. Begitulah yang dilakukan Rasulullah SAW
Tauziah Irjenpol Drs. Anton Bahrul Alam
Pembicara pertama yang meberikan tauziah (ceramah agama Islam), adalah Anton Bahrul Alam. Beliau memakai pakaian “full sunnah”, yaitu memakaii jubah dan sorban serba putih, tampak sangat berbeda penampilannya sebagai Jenderal Polisi Berbintang Dua, Ka Div Humas Polri..
Di awal tauziahnya pak Anton menjelaskan semula dia tidak bisa hadir dalam acara silaturahim tersebut karena dijadwalkan akan menemani Kapolri Timur Pradopo ke Surabaya untuk suatu acara yang penting. Tapi ahkhamdulillah, dengan kehendak Allah, acara tersebut batal, sehingga pak Anton bisa hadir dalam acara ini. Kapolri sangat mendukung acara ini, namun beliau tak bisa hadir karena ada acara dengan DPR. Namun beliau berjanji akan datang dalam kesempatan yang akan datang. Timur Pradopo mengharapkan agar acara silaturahim ini akan dilakuan secara berkala di tempat lain secara bergantian, di Mabes TNI AD, AU arau AL dan Polri
“Ustadz” Anton Bahrul Alam disamping sebagai Pejabat Tinggi Polri yang saat ini menjabat sebagai Div Humas Polri, adalah seorang “karkun” atau “dai” atau “pekerja agama”, yang berdakwah dan tabligh ke berbagai daerah.
Tauzihnya dimulai dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga para jamaah semua dapat hdir dalam acara yang mulia itu. Anton juga menyebutkan bahwa mesjid adalah tempat turunya Rahmat Allah. Setiap orang ingin mendapatkan Rahmat Allah. Untuk medapatkan Rahmat Allah, maka harus dekat dengan Allah. Kebahaggiaan di dunia maupun di Akhirat ada di mesjid.
Pak Anton juga menjelaskan mengapa dia berpakaian serba putih dan wangi, untuk mengikuti sumah-sunah Rasulullah SAW. Kalau seorang Muslim meninggal dunia, juga memakai kafan yang berwarna putih dan diberi wangi-wangian. Allah suka dengan wangi-wangian,
Selanjutnya beliau menyatakan bahwa kebahagiaan hidup, baik hidup di dunia yang sementara maupun kehidupan di Akhirat yang selama-lamanya tidak ada cara lain, selain mencontoh kehidupan Rasulullah SAW. Cara lain tidak akan membawa kebahagiaan yang hakiki.
Pak Anton memberi contoh, sebagian penduduk Jakarta “mrncari kebahagiaan” dengan pergi ke Puncak. Tapi apa yang di dapat?. Belum sampai ke Puncak, sudah dihadang kemacetan atau mobil mogok. Mau cari “kesenangan” sementara, apalagi dengan berbuat maksiat, bukan kebahagiaan yang didapat, tetapi justru sebaliknya, kesengsaraan baik di dunia, apalagi di Akhirat kelak.
Seandainya uang yang dihambur-hamburkan untuk ke Puncak itu digunakan untuk membantu fakir miskin misalnya, kita tidak saja akan mendapatkan kebhagiaan dengan membahagiakan orang lain, tapi juga mendapatkan ketenangan.
Banyak orang yang punya kekayaan melimpah, rumah mewah dan harta-benda lainnya, tapi mereka belum tentu bahagia. Tidak sedikit justru seblaiknya, ada istri ynag selingkuh, anak-anak terlibat kasus narkoba, minuman keras, dan lain sebagainya.
Panggilan Azan Untuk Shalat
Salah satu contoh “undangan Allah” untuk mendapatkan kemenangan atau kebahagiaan adalah saat Azan dikumandangkan yang memanggil kaum Muslimin untuk menjalankan ibadah shalat. Hayya shalah, haaya alal falah, mari kita raih kemenangan. Datanglah ke mesjid untuk shalat. Azan itu hakikatnya adalah panggilan dari Allah.
Bila kita dipanggil atasan saja atau bapak Presiden, pasti kita akan berusaha memenuhi panggilan tersebut sedapat mungkin. Mestinya panggilan dari Allah, lebih kita perhatikan dan dinomor-satukan. Bila kita memenuhi panggilan Allah, maka ada 70 ribu Malaikat yang akan menjaga istri dan anak-anak serta harta kita. Anton juga menyatakan bahwa rumahnya tidak dijaga polisi. Walau ada 100 polisi yang menjaga rumahnya, tentu kalah jauh dibanding dengan penjagaan para Malaikat yang berjumlah 70 ribu itu.
Pak Anton juga menekankan pentingnya seorang Muslim (laki-laki) dewasa untuk menegakkan shalat wajib lima waktu di mesjid atau mushalla, secara berjamaah di awal waktu. Bukan shalat di rumah atau di kantor, apalagi bila dilakukan sendiri-sendiri dan di akhir waktu.
Saat ini masih banyak Muslim yang tidak shalat seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW tersebut. Ini bukan salah siapa-siapa. Tapi salah kita, karena kurang berdakwah. Bila banyak dakwah, maka iman jadi lurus, bila tak ada atau kurang dakwah, maka umat jadi sesat.
Mestinya semua kegiatan kita termasuk kegiatan di kantor, disesuikan dengan jam waktu shalat. Jangan sampai waktu rapat misalnya, pada saat waktu shalat. Kalau memang rapatnya lama, saat azan berkumandang, maka rapat harus ditunda dulu. Begitu juga kegiatan kantor lainnya, mestinya menyesuaikan dengan waktu shalat. Saat azan dikumandangkan, maka semua kegiatan keduniaan haru dihentikan.
Manfaat Shalat Berjamaah
Pak Bahrul Alam juga menyampaikan-beberapa manfaat dalam shalat berjamaah. Berikut kami sampaiakn beberapa point tentang fadhilah (keutamaan) sholat berjama’ah berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, yang telah dilengakapi oleh penulis.
1. Dicatatnya langkah-langkah kaki menuju masjid.
Pencatatan langkah-langkah orang yang menuju masjid bukan hanya ketika ia pergi ke masjid, tetapi juga dicatat ketika pulang. Imam Muslim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab radhiallahu anhu tentang kisah seorang Anshar yang tidak pernah tertinggal dari shalat berjama’ah, dan tidak pula ia menginginkan rumahnya berdekatan dengan masjid, bahwa ia berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam: “Aku tidak bergembira jika rumahku (terletak) di dekat masjid. Aku ingin agar langkahku ke masjid dan kepulanganku ketika aku kembali kepada keluargaku dicatat.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:“Allah telah menghimpun semua itu untukmu.” (HR. Muslim).
2. Para Malaikat yang mulia saling berebut untuk mencatatnya.
Imam at Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma, ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Tadi malam Rabb-ku tabaaraka wata’aala, mendatangiku dalam rupa yang paling indah.”(Perawi mengatakan,’Aku menduganya mengatakan,’Dalam mimpi.’). Lalu Dia berfirman, “Wahai Muhammad! Tahukah engkau, untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam berkata:”Aku menjawab,’Tidak’. Lalu Dia meletakkan Tangan-Nya di antara kedua pundakku sehingga aku merasakan kesejukannya di dadaku (atau beliau mengatakan,’Di leherku’). Lalu aku mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”Dia berfirman,”Wahai Muhammad!Tahukah engkau untuk apa para Malaikat yang mulia saling berebut?” Aku menjawab,”Ya, tentang kaffarat (perkara-perkara yang menghapuskan dosa). Kaffarat itu adalah diam di masjid setelah melaksanakan shalat, berjalan kaki untuk melaksanakan shalat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai.” (HR. Tirmidzi, hadits ini shahih).
3. Berjalan menuju shalat berjama’ah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan ditinggikannya derajat.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-ribath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim).
Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan, ”Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjama’ah, maka satu langkah akan menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).
4. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani). Zainul ‘Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni, pahalanya sempurna.” (Aunul Ma’buud II/357)
5. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.
Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)
6. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga kembali ke rumah.
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda “Jika salah seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya menjaringkann diantara jari-jemarinya-.” (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
7. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
“Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan (mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani menilainya shahih).
8. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang (darinya).
Di riwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda : “Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq ‘alaih).
9. Menjadikan hati bergantung di Masjid sehingga meraih keutamaan berada di bawah naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala Pada Hari Kiamat.
Dari sahabat Abu Hurairah radhiallah anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Alah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang (HR. Bukhari dan Muslim).
(Bersambung)
Depok, 21 Februari 2011
Bakaruddin Is